“One day’s exposure to mountains is better than a cartload of books.” – John Muir[1]
Terkait dengan tulisan sebelumnya[2], sekalipun banyak manfaatnya, outdoor learning seringkali mengalami banyak kendala. Mungkin ada banyak anggapan bahwa kendala utamanya seringkali adalah pada masalah pendanaan atau biaya. Sebenarnya sih bukan melulu kendala ini yang menyebabkan outdoor learning tidak dapat dilaksanakan di berbagai sekolah. Sudah ada penelitiannya walaupun sifatnya kasuistik di beberapa sekolah, namun sepertinya cukup memberi gambaran bagaimana sebenarnya sebab musabab alasan tidak terlaksananya outdoor learning di sekolah-sekolah.
Tapi sepertinya bosan kalau kemudian kita hanya membahas kendala-kendalanya. Layaknya motto pegadaian, ”Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”, bukankah guru seharusnya juga ikut memberikan andilnya dan menjadi bagian dari solusi itu sendiri? Nah, mari kita coba bahas beberapa hal yang terkait bagaimana kita bisa menjadi pemantik dari solusi mandegnya outdoor learning di kelas-kelas geografi kita.
Judul tulisan ini budget outdoor learning. Apa maksudnya? Tentu maksudnya adalah bagaimana kita bisa merancang dan melaksanakan kegiatan outdoor learning dengan budget atau anggaran yang terbatas, sangat terbatas bahkan sampai nol anggaran. Memangnya bisa? Bagaimana caranya? Apa ada contohnya? Coba kita bahas satu persatu ya…
Outdoor learning kita sepahamkan dulu maknanya kepada aktivitas pembelajaran yang dilakukan di luar kelas. Luar kelas ini menjadi konteksnya. Begitu kita melangkah ke luar kelas yang sekatnya adalah tembok-tembok maka itulah outdoor. Jadi kita perluas maknanya kepada seluruh ruang yang ada di luar batas kelas yang ada. Bisa jadi di halaman kelas, di lapangan basket, lapangan sepakbola, halaman sekolah, bisa ke Garut, Bali sampai ke Alaska dan Kutub Utara. Tapi namanya budget ya yang dekat-dekat saja. Ambil distance thresholdnya adalah halaman kelas atau sekolah. Umumnya pasti ada lah sekolah itu halamannya. Secara umum lho ya., karena memang ada sekolah yang nggak ada halamannya. Di mana itu? Di salah satu sekolah kawan guru saya nggak punya halaman karena kelasnya di lantai 4 gedung perkantoran di daerah Kuningan. Jadi begitu keluar kelas, murid-murid langsung ada di office perusahaan lain. Agak lain memang.
Mudah-mudahan sudah bisa sepaham dengan konteks luar kelasnya. Selanjutnya adalah pembahasan tentang materi apa dan bagaimana budget outdoor learning itu bisa dilaksanakan. Pembahasan ini akan dibuat dalam poin-poin saja ketimbang dengan penjelasan yang panjang kali lebar kali tinggi sama dengan volume.
Persoalan merancang sesuatu, maka perlu diingat kembali bahwa inti sebuah kegiatan adalah pada manajemennya, sehingga sistematika kerjanya menggunakan tahapan manajemen. Tahapan pengelolaan budget outdoor learning meliputi :
Yuk coba dibahas satu persatu.
Pada tahap ini, yang perlu dilakukan guru adalah :
Tahapan ini biasanya kalau sudah punya perencanaan yang matang maka ready to go. Tinggal menjalankan sesuai alur dan langkah yang ada sesuai rencana awal. Kadangkala ada kendala saat pelaksanaan maka antisipasi perlu untuk dirancang pada tahapan sebelumnya. Plan A, plan B, plan C dan seterusnya perlu untuk dibuat. Akan tetapi untuk kondisi force majeur maka perlu diambil resiko yang paling kecil. Membatalkan kegiatan outdoor learning bukanlah sesuatu yang tabu dilakukan jika situasi dan kondisi memang tidak memungkinkan di hari H dan jam J nya. Kalau pada akhirnya kembali ke kelas dan menjalankan indoor learning, it’s okay. Lain kali, lain waktu selalu ada di dalam kamus kita kan ya?
3. Tahapan monitoring dan evaluasi
4. Tahapan Refleksi dan tindak lanjut
Tahapan terakhir berupa refleksi dan tindak lanjut perlu dilakukan supaya kegiatan outdoor learning ini sustainable dan bermakna. Silakan dirancang berbagai model dan ragam refleksinya sesuai dengan kebutuhannya masing-masing serta rencan tindak lanjut, apakah kemudian dirangkai dengan analisis data yang kemudian dipresentasikan secara individual maupun kelompok, ataukah berupa laporan tertulis, mangga saja.
Wah amaze sendiring saya sudah bisa menulis artikel sepanjang ini. Tapi membosankan kalau hanya sebatas teori saja kan ya? Nah sepertinya perlu ada contohnya. Terlalu panjang mungkin kalau ditulis di bagian ini tentang praktik atau implementasinya. Jadi insya Allah akan ada part #2 nya.
(tubikontinyu)
[1] https://mgmpgeografikabbekasi.org/outdoor-learning-tulisan-pasca-susur-sungai-caringin-bogor/
[2] Ada nggak yang kenal sama John Muir? Kalau
ada yang nggak kenal, mohon maaf tidak akan saya kenalkan di tulisan ini. Mohon
ditingkatkan saja literasi dengan Googling (hehehe …maaf jokes bapak-bapak).
Kalau dalam konteks profesi keguruan, layaknya guru, maka John Muir ini sudah guru
wali atau mursyid. Apa hubungannya John Muir dengan outdoor learning? Bapak-bapak ini kalau
di Indonesia itu mungkin seperti Rocky Gerung, seorang yang bergelut dengan
filsafat, sosial budaya, hukum, sekaligus naturalis pecinta lingkungan yang
punya kecintaan luar biasa terhadap lingkungan dan konservasinya.
Artikel ini ditulis oleh Asbullah Hudha, Anggota MGMP Geografi SMA Kabupaten Bekasi, Pendidik Mata Pelajaran Geografi di IIBS RI | International Islamic Boarding School, juga Pengurus MGMP Geografi Kabupaten Bekasi Bidang Pengembangan Organisasi Periode 2025-2028

Terima kasih Pak Aas, sudah menghadirkan tulisan yang fresh dan mendalam, selalu disertai dengan referensi..kereen..!!
Terima kasih Pak Aas, sudah menghadirkan tulisan yang fresh dan mendalam, selalu disertai dengan referensi..kereen..!!
Tinggalkan Komentar